Diskusi Tenaga Ahli Domestik
Salah satu rangkaian kegiatan PKKM yang dilakukan oleh Jurusan Teknik Pengairan adalah Peningkatan Produktivitas Dan Efektivitas Hasil Pembelajaran Melalui Inovasi Collaborative Teaching Dalam Bidang Mitigasi Bencana. Aktivitas ini diharapkan juga semakin memperluas kerjasama yang saling menguntungkan antara PT dan pihak industri, yang saat ini hanya terdapat 3 mitra nasional.
Diskusi Tenaga Ahli Domestik : Pelaksanaan Project Sungai
Salah satu latar belakang tercetusnya kegiatan ini adalah kriteria metode pembelajaran dimana jumlah kelas yang diampu dengan metode pembelajaran case study maupun berbasis project masih sangat rendah dan sangat perlu ditingkatkan guna menyiapkan lulusan berdaya saing tinggi. Saat ini terdapat 2 kelas dengan metode pembelajaran case study dan belum ada kelas diampu dengan metode berbasis project. Kegiatan diskusi dengan topik “Pelaksanaan Project Sungai” ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 11 September 2021 dengan tenaga ahli mitra dalam negeri Agung Nugroho Dwi Prasetyo, ST.,M.Sc.(Kepala Divisi Jasa Asa 1 PJT1) dan Sugik Edy Sartono, ST.,MT. (Kepala Divisi Jasa Asa IV PJT 1), Ir. Sri Hardini Suprapti, MT. (Kepala Bidang PJSA BBWS Brantas), dan Fauzy Nasruddin, ST.,M.Sc. (Kepala Seksi Perencanaan Umum PUSDA).
Dalam upaya operasi dan pemeliharaan sungai, PJT 1 melaksanakan kegiatan penggelontoran sedimen (flushing) dan pengerukan pada Waduk Wlingi dan Lodoyo dengan tujuan mengembalikan volume tampungan waduk sesuai dengan kapasitas semula untuk mengoptimalkan suplai air irigasi dan PLTA Wlingi-Lodoyo. Pengerukan sedimen di sungai juga diperlukan sebagai salah satu upaya pemeliharaan sungai yaitu penutupan degradasi yang terjadi pada dasar sungai. Kegiatan prioritas BBWS Brantas sampai dengan tahun 2024, dalam rangka mendukung pengelolaan SDA sebagai salah satu Major Project yang ditetapkan dalam RPJMN tahun 2020-2024 untuk kegiatan : pengendalian daya rusak air (banjir, rob, dan abrasi), penyediaan air baku, pengelolaan airtanah dalam upaya pengandalian land subsidence, dan pengelolaan kualitas air.
Adapun untuk melaksanakan kegiatan tersebut ada beberapa tahapan, tahap pertama menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan, tahap kedua pengendalian banjir secara non infrastruktur, dan tahap ketiga adalah pengendalian banjir dengan infrastruktur. Ruang lingkup pengelolaan sungai meliputi konservasi (perlindungan dan pencegahan pencemaran air sungai), pendayagunaan sungai, dan pengendalian daya rusak sungai melalui pengelolaan resiko banjir. Pengelolaan sungai di jawa timur sendiri diterapkan dengan konsep “OPOR” (operasi, pemeliharaan, optimalisasi, dan rehabilitasi) dimana memerlukan kolaborasi antara masyarakat, badan usaha, pemerintah, dan perguruan tinggi.
Diskusi Tenaga Ahli Domestik : Pelaksanaan Project Irigasi
Salah satu latar belakang tercetusnya kegiatan ini adalah kriteria metode pembelajaran dimana jumlah kelas yang diampu dengan metode pembelajaran case study maupun berbasis project masih sangat rendah dan sangat perlu ditingkatkan guna menyiapkan lulusan berdaya saing tinggi. Saat ini terdapat 2 kelas dengan metode pembelajaran case study dan belum ada kelas diampu dengan metode berbasis project. Kegiatan diskusi dengan topik “Pelaksanaan Project Irigasi” ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 25 September 2021 dengan tenaga ahli mitra dalam negeri Dr.Ir.Raymond Valiant Ruritan,ST.,MT. .(Direktur Utama PJT1), Mustafa Mukti Hidayat, ST., M.Eng. (Kepala SNVT PJPA BBWS Brantas), dan Ir. Anton Dharma PM, ST.,MT. (Kepala UPT PSDA WS Bengawan Solo di Bojonegoro).
Dalam menghadapi tantangan di sektor irigasi, dengan isu penurunan luas lahan produktif untuk pertanian dan pemakaian air yang tinggi tidak berkorelasi dengan produktivitas pertanian, pembagian peran dalam kelembagaan irigasi sangat berperan penting. Dimana penyediaan air baku di infrastruktur pengambilan oleh pihak PJT 1, penyediaan jaringan sarana dan prasarana pengairan (irigasi) oleh Balai Besar Wilayah Sungai, dan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi oleh dinas PU SDA.
Sedangkan Direktur Utama PJT 1 menyoroti perubahan nilai rantai pada sektor pertanian sendiri diantaranya perubahan dalam tata air (akibat tekanan populasi, variabilitas iklim, tata guna lahan dan ruang) mengakibatkan degradasi lahan dan degradasi air yang menyebabkan tekanan semakin tinggi pada insfrastruktur SDA (gangguan kedaulatan pangan, ancaman kelestarian fungsi air, dan biaya penyediaan pangan). Dari pihak BBWS Brantas menyampaikan bahwa proses pembangunan Infrastruktur SDA dilakukan secara berurutan berdasarkan SIDLACOM (Survey, Investigasi, Design, Land Aquicition, Construction, Operation, dan Maintanance) untuk mengidentifikasi berbagai tahapan proyek, salah satunya proyek infrastruktur irigasi.
Dalam permasalahan irigasi, peran OP sangat penting, mengingat hasil produktivitas pertanian sangat ditunjang oleh kemantapan jaringan irigasi yang tersedia. Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitasi konstruksi Jaringan Irigasi DI Mrican pada pagu anggaran 2021 ini. Kelembagaan HIPPA juga berperan penting dalam menentukan kinerja suatu jaringan irigasi. Seperti yang disampaikan oleh pihak UPT WS Bengawan Solo yang membawahi D.I. Pacal, peran HIPPA sangat diperlukan untuk permintaan dan pembagian air irigasi.
Di era modernisasi ini pemantauan dengan software sangat menunjang kegiatan OP irigasi di lapangan, salah satunya adalah Sistem Manajemen Operasi dan Pemeliharaan Irigasi (SMOPI). Dengan aplikasi tersebut pengaturan upaya pemberian dan pembuangan air irigasi dapat terkoordinir dan terdokumentasi dengan baik (sebagai bank data irigasi).
Dari diskusi ini, dapat diambil kesimpulan perlunya dilakukan penelitian dalam upaya penghematan air irigasi sehingga ketersediaan air dapat terjaga dengan baik dan juga perlu dilakukan upaya modernisasi irigasi di tingkat petani agar perkembangan teknologi yang sudah digalakkan oleh pemerintah dapat berjalan optimal.