Top

Diskusi Staf Non Gelar  

 

Diskusi Staf Non Gelar ke Perum Jasa Tirta I dengan Topik Mitigasi Bencana (8-9 September 2021)

Salah satu rangkaian kegiatan PKKM yang dilakukan oleh Jurusan Teknik Pengairan adalah Peningkatan Produktivitas Dan Efektivitas Hasil Pembelajaran Melalui Inovasi Collaborative Teaching Dalam Bidang Mitigasi Bencana. Dalam kegiatan ini, 8 orang dosen Jurusan Teknik Pengairan melakukan kunjungan ke Perum Jasa Tirta I yaitu Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST., MT., Dr. Ery Suhartanto, ST., MT., Dr. Ir. Hari Siswoyo, ST., MT., Dr. Ir. Runi Asmaranto, ST., MT., Dr. Linda Prasetyorini, ST., MT., Rahmah Dara Lufira, ST., MT., Jadfan Sidqi Fidari, ST., MT., dan Bambang Winarta, ST., MT., P.hD pada tanggal 8-9 September 2021.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk  melakukan diskusi, sharing knowledge atau pelatihan teknis dari tenaga ahli domestik yang mewakili pihak industri yang memahami kebutuhan pasar, permasalahan yang terjadi di lapangan, dan solusi efektif untuk mengatasi permasalahan lapangan, terutama berkaitan dengan mitigasi bencana. Dalam kunjungan tersebut diharapkan adanya peningkatan keilmuan bagi staf pengajar di jurusan teknik pengairan dalam bidang  untuk mitigasi bencana, terutama pada DAS Brantas dan Wilayah Sungai Provinsi Jawa Timur yang merupakan wilayah kerja mitra.

Topik yang menjadi diskusi kegiatan ini adalah mengenai mitigasi bencana yang telah dilakukan oleh ketiga Mitra dunia kerja yang bersinggungan dengan pengelolaan sumber daya air. Pada Perum Jasa Tirta 1, PJT berfungsi sebagai operator untuk pengelolaan sumber daya air di kawasan Das (Daerah Aliran Sungai) Brantas. Sebagai operator PJT 1 berinovasi terkait dengan pengelolaan Sungai antara lain dengan meningkatkan sarana dan prasarana dalam pemantauan. Adapun wujud nyata yang dilakukan PJT 1 adalah dengan meningkatkan stasiun telemetri, upgrade command center, dan mengintegrasikan pemantauan sungai menggunakan layanan berbasis cloud service.

Dalam upaya untuk mitigasi bencana yang dilakukan di PJT 1  dilakukan pemantauan kenaikan level muka air setiap saat yang terecord dalam beberapa titik pemantauan yang secara keseluruhan terpantau dalam Command Center. Command center merupakan  ruang pusat kendali banjir di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas, sehingga jika terjadi kenaikan muka air pada waduk, maka akan tersampaikan dalam system tersebut. Di dalam Command Center sistem FFWS yang sebelumnya menggunakan sistem analog diubah menjadi menggunakan sistem digital (telemetri GSM).

Selain itu dalam upaya mitigasi bencana di PJT 1 juga dilengkapi Sotfware Aquarius Time Series yang mampu melakukan peramalan data secara lebih akurat salah satu contohnya adalah data debit. Dengan Adanya Diskusi dengan Perum Jasa Tirta I yang turut dihadiri oleh Direktur utama Bapak Dr. Ir. Raymond Valiant Ruritan, ST., MT., beserta jajaran staf Ahli beliau mengatakan pentinganya untuk mengatasi dan mengelola resiko untuk mitigasi dan adaptasi kebencanaan.

Beliau juga menyampaikan pentingnya peranan ahli sumber daya air dan kita hidup dengan mengelola krisis, dengan sumber daya yang ada dan juga pengelolaan yang baik kita akan bisa mengurasi dan mengatasi krisis tersebut. Salah satu quote beliau “Another strong force for change is crisis” Marilyn Ferguson jadi kita tidak akan berubah jika tidak dihadapkan oleh krisis, mari mulai dari sekarang untuk mengelola dan bijak menggunakan sumber daya air kita untuk kebaikan dimasa depan.

Diskusi Staf Non Gelar ke BBWS Brantas dengan Topik Mitigasi Bencana (15-16 September 2021)

Setelah melaksanakan diskusi dengan Perum Jasa Tirta I, Jurusan Teknik Pengairan melaksanakan lanjutan rangkaian kegiatan PKKM dengan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS Brantas). Harapannya dengan kunjungan dan diskusi ini dapat meningkatkan Produktivitas dan Efektivitas Hasil Pembelajaran Melalui Inovasi Collaborative Teaching dalam Bidang Mitigasi Bencana. Kunjungan ini diwakili oleh Staf non gelar Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST., MT., Dr. Ir. Hari Siswoyo, ST., MT., Ir. Rini Wahyu Sayekti, MS., Ir. M. Janu Ismoyo, MS., Dr. Linda Prasetyorini, ST., MT., Rahmah Dara Lufira, ST., MT., Jadfan Sidqi Fidari, ST., MT., dan Bambang Winarta, ST., MT., P.hD yang dilaksanakan pada tanggal 15-16 September 2021.

Dengan tujuan untuk  melakukan diskusi atau pelatihan teknis dari tenaga ahli domestik yang mewakili pihak industri yang memahami kebutuhan pasar, permasalahan yang terjadi di lapangan, dan solusi efektif untuk mengatasi permasalahan lapangan, terutama berkaitan dengan mitigasi bencana. Dalam kunjungan tersebut diharapkan adanya peningkatan keilmuan bagi staf pengajar di jurusan teknik pengairan dalam bidang  untuk mitigasi bencana, terutama pada DAS Brantas dan Wilayah Sungai Provinsi Jawa Timur yang merupakan wilayah kerja mitra. Dalam mitigasi bencana yang salah satu contohnya di wilayah DAS Brantas, perlu adanya sinergi dari instansi terkait.

Sinergi dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya air ini sangat penting, dimana hasil pemantauan yang telah dilakukan bersama. BBWS Brantas selaku regulator untuk pengelolaan DAS Brantas dapat menentukan prioritas upaya penanganan yang harus dilakukan berikutnya. BBWS Brantas juga beberapa kegiatan proyek mitigasi terhadap banjir yang terjadi di wilayah sungai Brantas, diantaranya Kali Konto, Kali Welang, Kali Rejoso, dan Sistem Kedunglarangan. Dalam upaya mitigasi tersebut perlu dilakukan upaya tahap pra bencana dan pasca bencana.

Dimana, tahap pra bencana dapat dilakukan disertai peran masyarakat dengan menggalakkan komunitas pecinta sungai (KPS) yang akan membantu dalam pemeliharaan sungai, diantaranya adalah pengendalian sampah yang merupakan salah satu sumber permasalahan. Sedangkan tahap pasca bencana dilakukan setelah terjadi bencana yaitu perbaikan infrastruktur pengendalian banjir. Belum adanya legalitas hukum yang jelas terkait operasi dan pemeliharaan sungai mengakibatkan kendala dalam mengatasi permasalahan di lapangan.

Pada kunjungan hari kedua BBWS Brantas menyampaikan untuk mitigasi bencana yang dilakukan adalah mengedepankan prinsip bergerak cepat, bertindak tepat dalam penanganan permasalahan di Wilayah Sungai Brantas. Tahapan penanggulangan banjir adalah dengan menjalin koordinasi semua pemangku kepentingan, baik semua level Pemerintah dari Pusat hingga Kabupaten/ Kota, masyarakat, sektor swasta dan akademisi.

Pengendalian banjir secara non infrastruktur dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah dan perusahaan membuang limbah. Upaya ini terus menerus dilakukan dan disosialisasikan kepada masyarakat. Harapannya dengan adanya peluang untuk kegiatan pengelolaan sumber daya air ini dapat memberikan solusi untuk Mitigasi Bencana di Jawa Timur khususnya dan serta Indonesia pada umumnya.

Diskusi Staf Non Gelar ke Dinas PU SDA dengan Topik Mitigasi Bencana (22-23 September 2021)

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait dengan regulasi dan terkait dengan pengelolaan sumber daya air di wilayah Propinsi Jawa Timur. Serta mendapatkan informasi mengenai detail pelaksanaan di lapangan terkait dengan Infrastruktur dan pembangunan infrastruktur untuk beberapa layanan dan hubungannya dengan BJSDA (Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air) Pelaksanaan dilakukan selama dua hari dengan model diskusi dengan topik yang diusung adalah kesiap-siagaan dan tanggap terhadap bencana.

Adapun bencana yang dimaksud adalah sesuai dengan penterjemahan dari peraturan yang menjadi dasar PU-SDA. Diskusi dilaksanakan dengan model pembagian 2 sesi serta menerapkan protocol Kesehatan yang ketat. Kegiatan di PUSDA Jawa Timur diwakili oleh staf non gelar dari Jurusan Teknik Pengairan yaitu Dr. Eng. Donny Harisuseno, ST., MT., Dr. Ir. Hari Siswoyo, ST., MT., Dr. Ir. Runi Asmaranto, ST., MT., Emma Yuliani, ST., MT., P.hD., Dr. Linda Prasetyorini, ST., MT., Rahmah Dara Lufira, ST., MT., Jadfan Sidqi Fidari, ST., MT., dan Bambang Winarta, ST., MT., P.hD pada tanggal 22-23 September 2021.

Pada hari pertama, adalah mengidentifikasi mengenai wilayah kerja dari PU-SDA serta bagaimana untuk pemantauan terhadap 372 sungai yang menjadi kewenangan PU-SDA. Serta Bencana apa saja yang bisa muncul pada wilayah pemantauan PU-SDA. Beberapa kejadian kebencanaan yang terjadi pada wilayah kerja PU-SDA antara lain adalah Kejadian banjir, kekeringan, aliran debris akibat aktivitas gunung berapi yang berdekatan dengan sungai yang menjadi wilayah kerja PU-SDA. Penjelasan kemanfaatan yang diperoleh dari pengelolaan wilayah sungai (diluar pengelolaan wilayah sungai yang dikela oleh Perum Jasa Tirta 1).

Kejadian banjir yang banyak terjadi berada pada Daerah Madura (khususnya pada daerah Sampang), sedangkan untuk daerah Welang, Kedung larangan memiliki jumlah kejadian banjir paling banyak yaitu sebanyak 42 kejadian banjir. Selain banjir beberapa bencana yang terjadi pada wilayah kerja PU-SDA antara lain adalah kekeringan. Sedangkan untuk mendefinisikan istilah kekeringan maka PU-SDA menggunakan istilah yang lazim dipergunakan untuk istilah pada Dinas Pengairan. Kekeringan yang dimaksud antara lain adalah kondisi dimana tidak ada air pada jaringan irigasi. Hal ini berbeda jika dibandingankan dengan kriteria yang diberikan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dilakukan diskusi untuk mendapatkan kesepahaman mengenai OP (Operasi dan Pemeliharaan) serta bagaimana pengelolaan terhadap kerusakan infrastruktur jika terjadi bencana dan pengelolaan tanggap darurat.

Pada hari kedua, adalah mengidentifikasi kendala dalam pengelolaan Dinas PU-SDA memiliki tim khusus untuk keperluan penggunaan alat berat. Untuk aspek pembiayaan menggunakan 70% dari pagu anggaran sehinggga beberapa diskusi yang dilakukan pada hari ke – 1 bisa mendapatkan keterangan yang lebih jelas lagi. Pada diskusi hari ke- 2 ini lebih menitik beratkan kepada kendala yang dihadapi pada saat menangani bencana yang sedang terjadi. Beberapa kejadian yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya juru ukur lapangan, namun kedepannya Dinas PU-SDA lebih meningkatkan lagi integrasi dan penggunaan teknologi dalam kondisi dilapangan.

Permasalahan ketika dilapangan adalah adanya media yang ikut memantau sehingga terkadang akan menyulitkan ketika melakukan kegiatan evakuasi maupun relokasi pada saat terjadi bencana.Untuk kondisi tanggap darurat permasalahan yang sering terjadi adalah bagaimana untuk mengakses dana kebencanaan dan bagaimana koordinasi terhadap pihak – pihak yang terkait (dalam hal ini BPBD, BBWS, Dinas PU-SDA, Kementerian terkait selaku regulator dengan Perum Jasa Tirta 1 sebagai operator).

Selain itu Pemerintah daerah juga harus terlibat aktif dalam memimpin, memonitor, dan melakukan koordinasi terkait dengan tanggap bencana serta mitigasi bencana. Kesimpulan yang didapat dari diskusi dan sharing knowledge dengan topic Mitigasi Bencana ini adalah perlunya hal ini mendapatkan perhatian khusus. Dikarenakan bencana merupakan kejadian yang proses terjadinya terjadi secara mendadak, namun memerlukan integrasi dan koordinasi dalam hal penanganan pengelolaan sumber daya air.